Sektor industri, terutama industri alas kaki (
footwear manufacture ) di Indonesia, menjadi menarik untuk dibahas karena
kekhasan karaketristik industri ini, baik dari industri yang padat karya,
produksinya berdasarkan atas order yang diterima dan sebagian bahan bakunya
harus diimpor, sampai mesin produksi yang digunakan merupakan mesin dengan middle technology.
Pada masa krisis, jumlah produsen sepatu olah raga di Indonesia tercatat
sebanyak 170 perusahaan. Saat akhir krisis tahun 1997 jumlah tersebut berkurang
menjadi 83 perusahaan. Industri sepatu di Indonesia telah mengalami kemajuan
significan. Diawali dari produsen sepatu dalam negeri yang masih
dikategorikan sebagai industri kecil dengan kualitas rendah, telah berkembang
menjadi produsen sepatu skala besar yang mampu memproduksi sepatu
berstandar Internasional. Hingga tahun 2011, perusahaan sepatu di Indonesia
mencapai 388 perusahaan.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, taraf hidup, gaya hidup, dan
kesadaran masyarakat akn pentingnya kesehatan , maka permintaan sepatu olah raga
( sport shoes ) juga mengalami peningkatan. Kondisi ini mendorong
tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi sepatu olah raga. Industri
sepatu nasional dalam skala besar didominasi oleh merek – mere k Internasional
( branded shoes ) , seperti Adidas, Nike, Reebok, Mizuno, Puma, New Balance,
dll. Tidak berhenti sampai disini, besarnya permintaan telah mendorong
tumbuhnya merek nasional seperti Specs, League, Tomkins, Piero,
dll.
Ada beberapa jenis sepatu olah raga yang
diproduksi di dunia ini yang dibuat berdasarkan kebutuhan konsumen. Saya
mengambil contoh sepatu produksi nasional merek SPECS , terbagi
kedalam beberapa jenis, yaitu : Football, Futsal, Badminton, Running, Tenis.
Umumnya konstruksi sepatu terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu :
- Upper
- Bottom
Upper
Upper sepatu adalah bagian sepatu yang
terdapat di bagian sisi atas, mulai dari ujung depan sepatu, sisi kanan dan
kiri, bagian lidah (tongue) sampai dengan bagian belakang. Karakteristik dari
upper biasanya berbahan dasar kain sintetic atau kulit (leather) yang telah
dirakit dengan jahitan (stitching process).
Bottom
Bagian bottom dari sepatu adalah bagian
alas atau bagian bawah dari sepatu. Biasanya orang menyebut bagian sole. Bottom
terdiri dari insole, midsole dan outsole. Dan ada juga yang menggunakanbahan
Pu-Puck (Polyurethane).
Assembly
Pada bagian inilah perakitan sepatu
dikerjakan. Bagian-bagian sepatu yang masih berupa upper dan bottom digabungkan
hingga menjadi bentuk sepatu. Bagian upper yang diproduksi dari divisi
stitching process sebelumnya dan bagian bottom yang diproduksi di divisi
stockfit dirakit dalam proses ini sampai membentuk sepasang sepatu. Hal-hal
penting dalam proses assembling bisa dilihat dalam detail berikut.
a. Laste
Saat memasuki proses assembling Upper
dan Bottom sudah berupa pasangan atau “set”, dengan size yang sudah ditentukan.
Untuk membentuk sepatu agar mengikuti kontur kaki digunakan laste.Setiap Merek memiliki dimensi Laste yang berbeda-beda meski dengan size
yang sama. Sepatu untuk kaki orang asia tentunya memiliki laste yang berbeda dengan jenis kaki orang
Eropa.
b. Penyatuan Upper dan Midsole
Beberapa sepatu yang menggunakan Phylon,
antara Upper dan phylon disatukan dengan menggunakan mesin Toelast – Healast.
Toelasting machine menyatukan dengan
cara pengeleman dan Press dibagian ujung / Toe. Sedang Healast machine
menyatukan bagian belakang/heal dengan cara yang sama.
Adapula sepatu jenis stroble, jenis ini tidak menggunakan mesin toelast-healast karena Upper dan midsole
disatukan dengan cara di jahit.
Setelah proses ini, Upper yang
didalamnya sudah terdapat laste dikenakan proses pemanasan / heating agar bahan upper ( leather/synthetic )
tercetak dengan baik sehingga mengikuti kontur permukaan laste.
c. Treatment Upper - Bottom
Sebelum disatukan, permukaan kontak (
contact surface ) Upper dan Bottom harus di Treatment terlebih
dahulu. Pada dasarnya treatment ini bertujuan untuk membersihkan contact surface,membuka pori-pori permukaan bottom dengan penyinaran ultra violet (UV),
cementing, dan Heating.
d. Press
Menyatukan bottom dan upper dengan menggunakan mesin press.
e. Pendinginan
Secara teoritis material upper baik dari
Synthetic maupun leather/kulit ditreament ( melalui proses heating ) untuk
mengikuti kontur permukaan laste. Setelah proses penyatuan dengan bottom di
mesin press. Laste tidak boleh langsung dilepas. Proses pendinginan diperlukan
untuk menghentikan perubahan bentuk material. Proses ini dapat dilakukan dengan
2 cara, yaitu pendinginan perlahan, sepatu dilewatkan dalam conveyor gantung
yang panjang dan didinginkan dengan angin dengan suhu ruang normal. Cara kedua
yaitu pendinginan cepat, sepatu diletakkan diatas conveyor yang melewati lorong
dengan suhu chiller.
f. Finishing
Proses ini merupakan akhir dari semua proses produksi yang dikerjakan. Sepatu hasil produksi dan telah melewati pemeriksaan
quality kemudian akan di-packing ke dalam dus karton sepatu yang kemudian
disimpan di gudang final product.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar